3 Tip Dasar Desain Grafis untuk Para Non-Designer
Dasar Desain Grafis Hai! Kadang ada nih pekerjaan-pekerjaan tertentu yang menuntut kita–para pekerjanya–untuk sedikit ngulik desain grafis, padahal kita bukan desainer grafis.
Misalnya, marketing–apalagi digital marketing. Biasanya mereka akan butuh konten visual untuk dipublish di media digital. Oke, mungkin mereka punya desainer khusus yang nanganin. Tapi, kadang konten visualnya sepele banget, hingga kita merasa mendingan kita bikin sendiri aja deh. Desainer grafis lagi diantre banyak job lain, misalnya.
Atau para bloger. Kadang mereka butuh nih image ini itu untuk mendukung artikel di blog mereka, untuk diposting di media sosial juga. Tapi kan nggak semua bloger melek desain. Ada juga yang merasa gagap desain.
No worries, Tips dan Trik datang untuk membantu
Sebenarnya desain grafis tuh nggak serumit itu. Prinsipnya adalah banyak latihan, karena desain itu soal olah rasa. Nggak ada yang salah atau benar dalam desain. Yang ada adalah enak dilihat dan enggak (selain pastinya harus bisa menjadi solusi untuk sebuah permasalahan. Yang ini sih prinsip desain pada umumnya).
Nah, enak atau enggak untuk dilihat itu memang sangat subjektif. Setiap orang pasti punya standar enak dilihat sendiri-sendiri. Namun, pada titik tertentu, ada kondisi saat hasil desain grafis itu enak dilihat oleh hampir semua orang.
Ibarat kata begini. Setiap angka itu punya faktor persekutuan sendiri-sendiri. Betul? Nah, di titik tertentu, ada beberapa angka yang punya faktor persekutuan yang sama. Nah, berapa faktor persekutuan ini? Kan bisa dicari.
Begitu juga dengan desain grafis.
Doh, analoginya matematika, bok! Yamaap. Habis bahas tentang FPB sama KPK sama anak SD. Hahaha.
So, nggak perlu bingung, sebenarnya prinsip utama dari semuanya adalah keseimbangan. Lebih detailnya, berikut beberapa prinsip desain grafis paling kunci yang bisa diterapkan buat kamu, nondesigners-yang-terpaksa-merangkap-kerjaan-desain.
3 Prinsip dan tip dasar desain grafis untuk para nondesainer
1. Komposisi: Cleaner is better
Kesalahan umum yang terjadi pada mereka yang baru nyoba-nyoba desain adalah dalam penggunaan whitespace. Apa itu whitespace? Yaitu ruang kosong, atau ruang negatif, yang tidak terisi oleh elemen desain apa pun dalam artwork.
Kebanyakan dari mereka dengan bernafsu mengisi semua ruang kosong yang ada, dengan berbagai elemen desain yang nggak penting.
Padahal whitespace itu sendiri adalah elemen desain grafis penting, yang sebaiknya selalu ada dalam tiap artwork.
Whitespace bisa menonjolkan satu bagian dalam desain kita yang pengin ditonjolkan. Coba lihat poster Black Swan di atas. Mata kita otomatis akan mengagumi bagaimana artwork angsanya yang berwarna hitam kan? Semua karena tidak ada elemen desain yang berlebihan di sekitar artwork angsa, sehingga bisa membuat si artwork ini menjadi hero dalam poster tersebut.
Jadi kita bisa menggunakan whitespace jika:
- Kita punya artwork yang pengin sangat ditonjolkan dan kuat banget
- Kita punya artwork yang berkualitas tinggi dan sudah penuh dengan detail
Ingat, whitespace nggak melulu berwarna putih ya, tapi ini sebuah istilah untuk negative space–ruang yang dibiarkan kosong tanpa diisi apa pun: garis, gambar, juga tulisan.
Baca Juga : 7 Aplikasi Sejarah Terbaik Yang Membuat Belajar Sejarah Menjadi Menyenangkan
2. Dasar Desain Grafis Tipografi: Keseimbangan antara readability dan style font yang dipakai
Buat yang sudah biasa ngulik, mereka bisa memakai 3, 4, 5, bahkan lebih jenis font dalam satu artwork, dan tetap bisa menyeimbangkannya dengan baik.
Namun, jika kamu bukan Dasar Desain Grafis desainer–atau seenggaknya baru mulai belajar ulik grafis–sebaiknya cari aman dulu. Caranya?
Yang pertama, gunakan maksimal 2 jenis font saja dalam satu artwork. Mau 3? Boleh, tapi pastikan ini yang terbanyak. Empat, bisa jadi kacau. Ingat ya, cleaner is better, less is more.
Untuk pasangan font-nya gimana? Lagi-lagi nih, ambil amannya dulu. Untuk kombinasi 2 font, maka pilih yang readable + stylish, untuk kombinasi yang cantik. Dasar Desain Grafis
Coba lihat contoh Dasar Desain Grafis pasangan font berikut.
Nah, jadi bisa dilihat ya, stylized font itu yang seperti apa, dan yang readable font itu yang gimana. Kombinasikan keduanya dengan prinsip: stylized font untuk tulisan yang ingin ditonjolkan–semacam header-nya–dan readable font untuk tulisan kontennya.
3. Dasar Desain Grafis Warna: Kombinasi menentukan mood
Nah, soal warna ini juga jadi PR yang lumayan susah. Bahkan para desainer pro pun biasanya juga perlu banyak eksplorasi untuk menemukan warna dan kombinasi warna yang pas.
Elemen warna ini memang nggak mudah, karena akan memengaruhi mood desain secara keseluruhan, juga efektivitas penyampaian pesan pada mereka yang lihat. Kalau sampai salah, ya bisa-bisa nggak ngefek, atau bahkan berefek buruk.
Nah, supaya aman (lagi), coba gunakan color scheme dari Bright Side ini sebagai patokan.
Kalau pakai 2 warna, pakai kombinasi warna yang kanan. Kalau pakai 3 warna, pakai kombinasi segitiga samasisi di sebelah kiri. Kalau empat? Well, empat kayaknya terlalu banyak. Tapi kalau memang terpaksa, tetap pakai buletan warna di atas, lalu bikin bujursangkar yang menghubungkan 4 warna.
Tapi ingat ya, prinsip less is more masih berlaku banget di kombinasi warna ini. Gunakan warna kontras untuk menonjolkan satu bagian yang memang ingin dikuatkan.
So, gimana? Semoga cukup jelas nih Tips dan Trik Indonesia ngejelasinnya. Yang pasti, kita memang perlu banyak latihan. Trial and error, lalu minta pendapat orang lain untuk membantu, dengan komen, misalnya, atau memilih di antara beberapa alternatif desain grafis yang kamu buat.
Semoga bermanfaat.